Penulis Fahrul Ramadan HJ
libasindonesia.com – Selamat datang di kampus yang kau dambakan. Sebuah wadah yang akan menemani separuh gapaian masa depanmu dalam waktu yang tak cukup lama. Ada yang menjalaninya hanya tiga tahun setengah, empat tahun, dan ada paling akhir menempuh 7 tahun. Bagiku, kuliah ibarat perlombaan. Teman sejati? layaknya lawan dalam selimut tanpa menunggu untuk bersama memakai toga. Namun, percayalah kampus adalah tempatmu untuk menguji mimpi dan nyali. Lingkup perkuliahan merupakan wadah bagi mahasiswa dalam berinteraksi seperti berdiskusi memikirkan arah bangsa dan kondisi bangsa saat ini.
Perlu kalian ketahui Indeks Prestasi (IP) yang tinggi tak menjamin segalanya. IP itu hanya angka di transkrip nilaimu setelah kamu sarjana. tapi tidak akan menjamin kesuksesanmu dimasa mendatang.
Itu sebabnya biarkan petualangan membawamu ke sana kemari. Kampus memberi kamu pengalaman yang tak dapat kamu peroleh di mana-mana. Di antaranya adalah organisasi. Sebuah Sangkar yang indah dan memikat untuk anak muda yang berani yang ingin mendapatkan pengetahuan yang luas. Jangan sekali-kali kamu ragu untuk masuk kedalamnya. Tidak perlu khawatir karena wadah ini akan membawamu tersesat dijalan yang benar. Kamu dilatih disana untuk melawan apa yang memang sepatutnya kita lawan. Memusuhi korupsi, pelanggaran hak asasi manusia hingga membela mereka yang ditindas. Di sanalah kamu dilatih memimpin, peduli, dan melindungi. Tak ada mata kuliah satu pun yang bermuatan itu semua. Walau kamu tak dijanjikan IP tinggi atau menang lomba, tapi kamu memiliki pengalaman yang lebih berharga ketimbang jadi juara.
Tak sedikit orang yang punya pengalaman organisasi kini menikmati kenangan manis. Kenangan ketika memprotes tindakan aparat, menentang keputusan yang tak adil dan membangkang pada kebijakan yang merugikan. Bukan hanya kenangan, tapi mereka menuai hasil yang sepadan: lebih berani mengambil posisi, tak gampang berkhianat pada pendirian, dan menghargai kebebasan mengemukakan pendapat. Setidaknya, organisasi membimbing keyakinan untuk percaya kalau kebenaran itu bukan retorika kosong. Dan kebenaran juga akan memberi kamu semangat untuk mencurigai semua kepalsuan. Itu sebabnya organisasi adalah kuliah yang sesungguhnya. Kamu bukan diajarkan untuk meraih prestasi, tapi kamu dibimbing untuk memahami bahwa dasar hidup itu adalah solidaritas dan kepedulian. Hanya organisasi yang meyadarkanmu kalau hidup itu tak bisa dilalui seperti binatang: kawin, beranak, cari makan, dan mati.
Namun, tak mudah berbagi kepercayaan ini padamu. Kampus telah mendoktrinmu untuk kuliah dengan harapan nilai serta gelar. Dengan doktringan itulah kamu dikejar-kejar untuk lekas jadi sarjana, ketika kuliah bisa sambil kerja dan saat kuliah dapat raih prestasi. Lebih-lebih biaya kuliah sekarang yang terus naik membuat kamu berfikir untuk tidak melakukan petualangan-petualangan dimasa kuliah. Training motivasi diulang di mana-mana dengan kesadaran bahwa optimisme dan percaya diri modal untuk semua. Juga training wirausaha dilakukan di mana-mana dengan harapan kamu bisa raih uang sejak dini. Seolah-olah kampus memang maunya menghasilkan jutawan, orang terkenal, dan punya banyak pendapatan hingga diajar menjadi seorang kapital. Sejak itulah kampus lalu merias dirinya dengan fasilitas yang kadang berlebihan. Kamu tak lagi berada di taman pengetahuan tapi taman hiburan. Hiburan bagi para elit yang sedang menindas rakyat.
Mari kita merawat ingatan. Pernahkah kamu mendengar masa emas seorang proklamator ?Masa-masa emas di mana banyak orang ‘besar’ dulu lahir pada masa-masa itu. Melihat paras Hatta yang kuno, sederhana dan rajin baca kita jadi termangu: benarkah bangsa ini dulu diproklamasikan oleh sosok yang serius semacam ini. Menengok Soekarno yang muda, tampan dan pemberani: inikah anak muda yang bersama Hatta bacakan proklamasi? Di samping mereka lebih banyak lagi anak-anak muda yang kala itu berfikir besar, berbuat nekat dan mencoba untuk mendirikan prinsip yang melawan zaman. Kala itu kolonialisme seperti keniscayaan dan kedaulatan seolah hanya mimpi. Tapi mereka adalah anak muda yang berhasil melawan arus zaman: percaya bahwa pendidikan tinggi bukan tempat untuk cari gelar dan meyakini kalau kuliah memang jalan untuk berangkat menuju petualangan.
Kini kamu memasuki masa seperti yang pernah dialami oleh Soekarno, Hatta atau Tan Malaka. Masa di mana kedaulatan bangsa dianiaya dan kehidupan rakyat masih banyak yang sengsara.
Tak pernahkah kamu melihat dan memikirkan nasib petani yang sawahnya dilipat untuk jadi pabrik dan perumahan? Tak pernahkah kamu mendengar ataupun melihat orang miskin kampungnya digusur untuk pembangunan? Tidakkah kamu melihat banyak politisi bejat merasa berkuasa dengan buat aturan seenak perutnya sendiri? Hingga kamu mungkin capek menyaksikan para pejabat hukum malah jual beli perkara. Kemudian kekayaan pejabat melambung sampai tak terhingga. Ini masa seperti zaman kolonial dulu: dimana manusia memeras manusia lain. Saat mana manusia menipu sesama. Ketika manusia berani menganiaya dengan kejam. Inilah zaman bergerak yang membuka pintu kesempatan kamu untuk membuat sejarah.
Bangsa ini semakin rontok karena terlanjur terbelit dalam hutang dan sulit untuk menampik kehendak bangsa lain. Seperti kita ditampar melihat bangsa ini bingung untuk membuat rakyatnya sejahtera: diganti menteri, diganti kebijakan, diganti kurikulum, Pemerintahan yang makin hari makin jauh dari amanat UUD 1945 dan Pancasila hingga Cita-cita bangsa yang hanya tulisan belaka yang tidak pernah akan kita capai. kalian harus sadar bahwa saat ini elit elit sedang menyusun kejahatan dengan rapi dan terstruktur. Kita seakan kehabisan akal karena kita tak punya gagasan, ide dan keberanian untuk mengambil jalanbaru. Saatnya kalian sebagai mahasiswa memutus rantai kegelapan ini.
Biarkan amarah kalian berkobar melihat ketidak-adilan dan jangan takut jika kalian memang punya keinginan untuk membela mereka. Mungkin tak ada dukungan atau mungkin kalian dijatuhi hukuman. Tapi sejarah mencatat bahwa itu adalah ongkos terindah dari sebuah posisi perjuangan.
Jangan mau ditipu oleh propaganda. Yang bilang kiri itu atheis. Yang mengatakan kiri itu bahaya. Maka sejak jadi mahasiswa buanglah kebiasaan tak terdidik itu. Yang selalu mudah percaya oleh ancaman dan gampang meyakini sesuatu yang tanpa bukti. Tantanglah semua yang kamu anggap tidak ada dasar sejarah dan akal. Beranikan dirimu untuk menerobos tabir-tabir ketakutan yang diwariskan oleh penguasa masa lampau. Meski waktumu tak panjang berusahalah untuk mendobrak tatanan buntu ini. Sebab jika kamu mampu meruntuhkan tembok itu, sedikit saja, maka sesungguhnya kamu sudah memberi jalan bagi petualang berikutnya. Mahasiswa baru yang terus terlibat menyudahi tatanan yang usang.
Selamat datang para petualang yang hidup tidak untuk ‘gelar’ tapi ‘petualangan dan perlawanan’. Selamat datang mahasiswa baru.