libasinonesia.com, – Jakarta. Kini pergerakan intelektual yang hanya bergerak pada momentum – momentum tertentu seperti hanya memperingati hari – hari besar, menentukan sikap ketika terjadi ketimpangan besar adalah hal yang harus di lakukan akan tetapi sifat reaksioner yang ada saat ini telah menampakan sikap yang kurang siap, yang dapat di lihat bahwa memang tidak ada prediksi yang di lakukan, padahal tindakan tindakan preventif adalah hal yang tidak boleh di lewatkan terhadap konflik – konflik kecil agar dapat membungkam ledakan konflik yang tentunya tidak di harapkan sama sekali, kini tentunya jarang kita temui mahasiswa yang visioner yang belajar dari sejarah dan mendialektika kan problema sekarang untuk solusi ke depan, karena sesuatu yang di rasa genting hanyalah apa yang telah buming, mengapa harus ada masalah yang harus menjadi viral dulu baru kita peduli?, mengapa tidak kita lihat suatu kesalahan kecil yang esoknya bisa menjadi besar?, bukankah kita semua telah merasakan jera dengan ledakan – ledakan masalah tersebut.
Ke resahan yang saya rasakan ini memang sulit terbendung di badan saya, harapan menyadarkan pemikir muda sangatlah menjadi cita – cita tapi tentu hal itu juga sulit di lakukan, karena pun penurunan kualitas tersebut juga bukanlah tanpa sebab, jadi tidak bisa seenaknya saja tiba berpikir dia tidak sadar dan kita ceramahi mati – mati an sekalipun ini jaman yang instan, menulis pun juga bukan ujung tombak tajam, karena kini pun minat membaca juga menurun di kalangan pemuda kita, apalagi dari sumber yang tidak terkenal, menengok pendidikan formal yang tidak mampu menggugah pemikiran – pemikiran rakyat, maka dari situ bangsa ini harus bekerja luar dalam, bagaimana mungkin pendidikan kita yang stagnan bisa menang melawan serangan yang revolusioner terhadap masa depan ini.
Maka mulai detik yang kita sadari inilah kita harus bergegas membangun pertahanan ideologis kita, berikanlah kepada lingkunganmu suatu pengetahuan yang perlu di miliki karena kondisi ini perlu berubah, berawal dari materi yang membuat kita berpikir, maka kini pikiran kita yang harus merubah materi yang ada ini.
Muhammad Alwi Taufiq, S,or
Mahasiswa pasca sarjana universitas negeri jakarta