MEWASPADAI KEPEMIMPINAN ORANG-ORANG BODOH

Jakarta – Setidaknya dalam beberapa Minggu ke depan, suasana perpolitikan di tanah air dipastikan makin dinamis.
Bahkan suasananya bisa makin panas, pertama tentu karena faktor pilpres dan pilcaleg pada tanggal 14 February 2024 mendatang.


Saat ini pilpres dan pilcaleg menjadi satu-satunya ajang bagi rakyat di negeri ini untuk memilih pemimpin terbaik mereka, namun sayang, faktanya dari beberapa kali pilpres dan pilcaleg pemimpin yang terpilih tidak selalu yang terbaik.
Bahkan sering lebih buruk daripada pemimpin sebelumnya.
Mengapa demikian? Sebab yang paling utama, kapasitas dan kualitas para calon pemimpin tidak di ukur, di takar atau di timbang dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Misal, tak ada satu pun pasal atau ayat dalam konstitusi maupun perundangan ( UU pemilu/pilpres ), misalnya, yang menyatakan bahwa para capres dan cawapres serta para calon legislatif wajib bisa membaca Al Qur’an.


Apalagi wajib berkomitmen untuk menerapkan syariah Islam setelah mereka terpilih menjadi pemimpin.
Padahal inilah sesungguhnya yang di tuntut di dalam Islam. Dalam Islam, seseorang pemimpin ( imam/Khalifah ) dipilih dan dibuat tidak lain untuk menerapkan Al Qur’an dan as-Sunnah atau syariat Islam.


Hanya dengan menerapkan syariah islamiah, kepemimpinan tidak akan—-sebagaimana yang dikawatirkan nabi Muhammad Saw —menjadi imarah as-sufaha ( kepemimpinan orang-orang dungu/bodoh ).

عن عوف بن مالك رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

أَخَافُ عَلَيْكُمْ سِتًّا : إِمَارَةَ السُّفَهَاءِ وَ سَفْكَ الدَّمِ وَ بَيْعَ الْحُكْمِ وَ قَطِيْعَةَ الرَّحْمِ وَ نَشْوًا يَتَّخِذُوْنَ الْقُرْآنَ مَزَامِيْرَ وَ كَثْرَةَ الشُّرَطِ

Dari Auf bin Malik rodhiAllahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

“Aku khawatir atas kalian enam perkara: imarah sufaha (orang-orang yang bodoh menjadi pemimpin), menumpahkan darah, jual beli hukum, memutuskan silaturahim, anak-anak muda yang menjadikan Alquran sebagai seruling-seruling, dan banyaknya algojo (yang zalim)” (HR. ath Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabiir 18/57 no 105)

Muhammad Alwi Taufiq S,or. Mahasiswa Pascasarjana universitas negeri jakarta